Halaman

Powered By Blogger

Sabtu, 19 November 2011

UPTD Pertanian Gelar Bintek

UPTD Pertanian Gelar Bintek JATINANGOR,(GM)- Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Jatinangor yang membawahi dua wilayah, yakni Kec. Jatinagor dan Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang mengadakan bimbingan dan pelatihan (bintek) bagi kelompok tani (poktan) yang ada di Kec. Cimanggung, Rabu (16/11). Mereka diikutsertakan dalam sekolah lapangan (SL). Para petani yang dilibatkan dalam SL itu berasal dari 17 kelompok tani yang masing-masing beranggotakan 20 orang. "Tujuan SL ini meningkatkan sumber daya manusia bagi para petani. Selain meningkatkan penghasilan mereka dalam menggarap lahan," kata Kepala UPTD Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Jatinangor, Ir. Amir Sapiudin kepada wartawan di Jatinangor, Rabu (15/11). Menurut Amir, para petani ikut serta dalam SL sesuai usia tanam dari tanaman yang mereka garap. "Jika usia tanam padi tiga bulan maka mereka mendapat praktik langsung di lapangan selama usia tanam tersebut," katanya. Pihak yang dilibatkan langsung dalam bimbingan ini adalah para petugas penyuluh dari UPTD Wilayah Jatinangor dan Cimanggung. Mereka disebar di sejumlah desa di lahan pertanian di Kec. Cimanggung. Saat ini SL yang sedang berjalan di Desa/Kec. Cimanggung. Selain itu, UPTD Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Jatinangor juga tengah membangun jaringan irigasi di lahan pertanian. Di antaranya di Desa Cimanggung dan Desa Tegalmanggung, Kec. Cimanggung. Alokasi dana untuk pembangunan irigasi itu berasal dari program pagu indikatif kewilayahan (PIK). Di samping itu, UPTD juga menyalurkan bantuan benih padi berbagai varietas. Seperti nonhibrida, padi gogo, jagung hibrida, termasuk bantuan obat-obatan dan pupuk. (B.105)**

Senin, 07 November 2011

Transisi sebuah Lingkungan

Katika kita mula dekat dengan sesuatu hal yang kita sukai. Tetapi masa itu harus terhenti, karena sebuah masa yang transisi. Perubahan kondisi Lingkungan dan Perubahan Kondisi Sosial kadang membawa kita larut didalamnya untuk terus tergerus arus yang tidak jelas, dan tinggal menunggu waktu kapan kita akan tenggelam. Harusnya kita dapat memberikan warna yang terang dan jelas pada lingkungan ini, apa boleh buat, percepatan lingkungan berbading miris dengan percepatan kedewasaan masyarakatnya. Banyak Nilai Luhur Kemanusiaan yang mulai pudar dan akan sepertinya akan ditinggalkan. Semua harus bernilai materi, uang dan uang... Tidak ada yang gratis katanya.... Tapi disisi lain dan di lain waktu mereka menanyakan, mana gratisannya? Individualistis semakin jelas dan nyata. Mari kita mulai berintrospeksi diri, dengan apa yang terjadi pada diri sendiri dan Lingkungan kita... Selamat Bermuhasabah......

Memaknai Idul Adha

Di hari Idul Adha, bagi umat Islam yang mampu dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban. Pada dasarnya, penyembelihan binatang kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Kesalehan ritual berarti dengan berkurban, kita telah melaksanakan perintah Tuhan yang bersifat transedental. Kurban dikatakan sebagai kesalehan sosial karena selain sebagai ritual keagamaan, kurban juga mempunyai dimensi kemanusiaan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban. Perintah berkurban bagi yang mampu ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang respek terhadap fakir-miskin dan kaum dhu’afa lainnya. Dengan disyari’atkannya kurban, kaum muslimin dilatih untuk mempertebal rasa kemanusiaan, mengasah kepekaan terhadap masalah-masalah sosial, mengajarkan sikap saling menyayangi terhadap sesama. Meski waktu pelaksanaan penyembelihan kurban dibatasi (10-13 Dzulhijjah), namun jangan dipahami bahwa Islam membatasi solidaritas kemanusiaan. Kita harus mampu menangkap makna esensial dari pesan yang disampaikan teks, bukan memahami teks secara literal. Oleh karenanya, semangat untuk terus ’berkurban’ senantiasa kita langgengkan pasca Idul Adha. Saat ini kerap kita jumpai, banyak kaum muslimin yang hanya berlomba meningkatkan kualitas kesalehan ritual tanpa diimbangi dengan kesalehan sosial. Banyak umat Islam yang hanya rajin shalat, puasa bahkan mampu ibadah haji berkali-kali, namun tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya. Sebuah fenomena yang menyedihkan. Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk meningkatkan dua kesalehan sekaligus yakni kesalehan ritual dan kesalehan sosial. Selamat berhari raya !