Halaman

Powered By Blogger

Sabtu, 09 Mei 2009

Wagub Dede Yusuf, "Kuda Renggong Jangan Pindah" Senin, 27 April 09 -

ALUN-ALUN, PriOl - Acara "Seren Taun" yang digelar dalam rangkaian Hari Jadi Kab. Sumedang ke-431, Minggu (29/4), berlangsung meriah. Ribuan masyarakat mengikuti dengan antusias kegiatan yang dibuka Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf di Alun- alun Sumedang.

Teriknya sinar matahari tidak membuat surut warga Sumedang yang menyemut sejak pagi. Selain membawa payung, warga pun mencari tempat yang strategis untuk menikmati tontonan dan hiburan gratis yang jarang terjadi. “Abdi ti Bojongjati ngabring kadieu da hoyong terang. Nonton di dieu we da panas. Coba unggal minggu aya hiburan resep meureun, komo aya artis Dede yusuf,” ujar seorang ibu yang datang bersama keluarganya.

Seren Taun kali ini terasa istimewa. Soalnya kegiatan tersebut bersamaan dengan peluncuran Sumedang sebagai Kota Budaya. Selain itu sebagai langkah awal menjadikan Sumedang sebagai Puseur Budaya Pasundan.

Dalam pidatonya, Wakil Gubenur Jawa Dede Yusuf mengharapkan program itu dapat meningkatkan kesadaran atas hak cipta kebudayaan dan kesenian yang menjadi ciri khas masing-masing daerah di Jawa Barat. Termasuk keberadaan Makuta Binokasih dan kesenian Kuda Renggong. “Saya ingin makuta ini segera mendaftarkan ke lembaga hak intelektual, HAKI atau hak cipta. Jangan sampai nanti Makuta Binokasih pindah tangan ke negara lain," lanjut Dede.

Dede juga menginginkan Sumedang tidak hanya sebagai tempat pangjugjugan dengan makanan khas tahu. Tapi juga menjadi pusat kebudayaan Jawa Barat. "Kami mendukung dan memberikan support berbagai kegiatannya dengan memasukan anggaran pada APBD Jawa Barat 2010," ujar Dede seraya mengimbau agar masyarakat mendukung dan memelihara aset budaya.

Dede yang didampingi Bupati Sumedang Don Murdono, Wakil Bupati Taufiq Gunawansyah, Ketua DPRD Ismet Suparmat, menonton helaran dari 26 kecamatan. Seluruh camat dan unsur muspikanya berpakaian adat. Selain melaporkan hasil pembangunan, juga menampilkan makanan dan kesenian ciri kecamatan dengan durasi 15 menit.

Sebelumnya, acara diawali dengan prosesi oratorium launching Sumedang Puseur Budaya Pasundan, yang dibawakan para pangrawit dan penari dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sumedang. Acara ini menggambarkan cikal bakal lahirnya Kota Sumedang.

Disebutkan, pada Tahun 678 M, Prabu Guru Aji Putih mendirikan Kerajaan Tembong Agung yang kharismanya terkenal dan menyebar di Tatar Sunda. Setengah abad kemudian Prabu Guru Aji Putih memberikan kekuasaannya kepada anaknya, Prabu Tajimalela, dengan nama Kerajaan Sumedanglarang. Kata ini lahir dari falsafah "Insun Medal Insun Madangan (Lahir untuk memberi penerangan) yang menjadi motto (papagon) Kerajaan Pajajaran. Adapun Makuta Binokasih merupakan tanda keruntuhan Kerajaan Pajajaran yang diserahkan kepada Prabu Geusan Ulun.