Halaman

Powered By Blogger

Selasa, 02 September 2008

TENTANG SENAPAN ANGIN

Dimuat di KOMPAS Jawa Barat -
TENTANG SNAPAN ANGIN
Bandung, Kompas Sisa-sisa bengkel senapan masih tampak di beberapa bagian rumahpenduduk di Desa Cikeruh, Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Beberapameja dengan alat bor dan seperangkat kikir besi tergeletak di atasmeja-meja tua dan berdaki. Namun, tidak ada aktivitas di bengkel tersebut. Bengkel-bengkelitu seperti memperlihatkan “detak kehidupan” industri kerajinansenapan Cikeruh yang sudah tak mampu lagi berdesing dengan kuat. Di bengkel milik Idih Sunaedi (62), alat-alat kerja terbilanglengkap. Namun, tidak ada yang menyentuh benda-benda itu selain Idihdan seorang anaknya. Padahal, tujuh tahun lalu ada tujuh karyawanyang sibuk menghasilkan beberapa senapan angin setiap harinya. Pesanan datang dari Poso (Sulawesi Tengah), Maluku, Irian, danAceh. Dalam sebulan, perajin yang bergabung dalam Unit Perajinsenapan Angin Bina Karya, Koperasi Unit Desa (KUD) Cikeruh bisamemproduksi sebanyak 3.000 pucuk senapan. Jumlah perajinnya sendiri mencapai 300 orang dengan jumlahpedagang sebanyak 20 orang. Bahkan industri ini mampu menyerap 1.512orang pekerja. “Kami mampu menampung dan membimbing anak-anak putussekolah di bengkel kami,” ujar Idih yang juga Ketua Koperasi IndustriKerajinan Rakyat Senapan Angin Bina Karya. Para buruh bengkel mendapat gaji melebihi upah minimum regionaldi daerah itu. Oleh karena itu, tidak heran kalau senapan anginCikeruh memberi warna tersendiri dalam dunia usaha kecil menengah diwilayah Sumedang. Menurut Idih, industri kecil dan menengah di Cikeruh sudah adasejak tahun 1.800-an. Awalnya, industri yang marak di sana adalahpembuatan senjata samurai. Senjata ini banyak dipesan oleh orang-orang Belanda yang bekerjadi perkebunan di sekitar Cikeruh. Di sana terdapat perkebunan teh dankaret. Bekas perkebunan itu sekarang berubah fungsi menjadi gedung-gedung perguruan tinggi antara lain Universitas Padjadjaran (Unpad),Universitas Winaya Mukti (Unwim), Institut Koperasi Indonesia(Ikopin), dan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). ***
Selain pemesanan samurai redup, pemesanan berongsong anjing mulaimeningkat. Sebelum pendudukan Jepang, industri jarum mesin jahit jugasemarak di sana. Industri kecil Cikeruh lumpuh ketika Jepangberkuasa. “Para penduduk banyak yang berjuang dan beralih menjadipetani,” kata Idih. Industri di sana semarak lagi setelah tahun 1952. Saat itu Saud(70), yang telah bekerja di pabrik senjata di Batalyon 29,Tasikmalaya, mengundurkan diri dan kembali ke desanya, Cikeruh. Didesa itu, ia menerima permintaan memperbaiki senapan angin. Sejak saat itu Saud juga mulai membuat sendiri senapan secaramanual. Hampir seluruh bagian senjata dibuat dengan tangan. Senapan yang diciptakan Saud adalah senapan angin dengan pompadan berpelatuk. Kalau Anda pernah memiliki senapan angin ini, bisadipastikan benda itu berasal dari Cikeruh karena hanya diproduksi didaerah ini. Sampai tahun 1979, ada 200 perajin senapan di sana dan 9 diCipacing. Cipacing berada sekitar satu kilometer dari Cikeruh. Biasanya perajin dari Cikeruh menjual senapan mereka ke Cipacingkarena di sana banyak penduduk Cipacing membuka kios penjualansenapan. “Jadi, produksinya di Cikeruh, pemasarannya di Cipacing,”kata Idih. Seperti telah diceritakan di atas, masa kejayaan industri initerjadi pada tahun 1992. Setelah itu, industri senapan terpuruk padatahun 1997 apalagi pada saat terjadi kerusuhan tahun 1998 dan konflikdi berbagai daerah di Tanah Air. Konflik tersebut justru terjadi di empat pasar potensial paraperajin Cikeruh, yaitu Poso, Maluku, Irian, dan Aceh. “Setelahkerusuhan, makin sulit memasarkan senapan ke sana,” kata Idih. Menurut Idih, senapan dari Cikeruh digunakan penduduk di daerahkonflik itu bukan untuk berperang, namun untuk mengusir hamapertanian, seperti tupai yang banyak menghabiskan pohon kelapa. Sebelum kerusuhan, tenaga pemasaran senapan dari Cikeruh secararutin mendatangi empat wilayah itu. Namun, kini tenaga pemasaranhanya mendatangi Sumatera dan kalimantan. Para tenaga pemasaran kini hanya mengandalkan penjualan ke toko-toko olahraga di Bandung dan Jakarta, serta orang- orang yang hobiberburu burung dan berlomba menembak sasaran. “Paling seminggu saya hanya beli tiga senapan,” kata Hamzah,pemasar dari Subang yang tengah memesan senapan di salah satu bengkeldi Cikeruh. Perajin lain, Syamsudin, mengaku hanya mampu menjual seratussenapan per bulan sebelum pemilu legislatif, 5 April 2004. Namunkini, ia hanya mampu menjual 75 pucuk senapan. Syamsudin, Idih, dan beberapa perajin mengaku, selain kesulitanmemasarkan produk, produk mereka kini mendapat saingan dari Surabayayang memiliki kualitas lebih baik. Senapan dari Cikeruh lebih banyak dibuat secara manual. Hanyabeberapa bagian senapan angin yang dibubut. “Kolep (bagian kayu yang terdapat dalam senapan angin) saja masihdibuat dengan tangan,” kata Dani (40), perajin kolep yang menjualsatu kolep kecil seharga Rp 11.000 dan kolep besar seharga Rp 25.000. Dani bisa membuat dua buah kolep besar dalam sehari, sedangkankolep kecil bisa tiga. Kolep-kolep dibuat dari kayu mahoni denganharga sebesar Rp 800.000 per satu kubik. Satu kubik bisa menghasilkan70 kolep besar. (Y09)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bro... bisa gak minta tlong carikan info,alamat telp ato email industri senapan angin yg produknya bagus di cikeruh.... tlong ya sata mo pesan nih